CRAWLER DUMPER INOVASI POLINES
Inovasi dosen-dosen vokasi terus didorong untuk menyelesaikan persoalan di masyarakat dan juga industri. Salah satunya adalah inovasi crawler dumper yang dikembangkan oleh dosen Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Semarang (Polines), Denny Surindra, bersama dengan tim mahasiswanya. Crawler dumper inovasi Denny dan timnya ini merupakan alat angkut kelapa sawit yang dapat menjawab persoalan yang dihadapi para petani dan industri kelapa sawit di Indonesia.
“Secara general ini (crawler dumper, red) sebenarnya adalah transportasi di medan ekstrim. Sementara untuk spesifikasinya, alat ini saya aplikasikan untuk panen kelapa sawit,” kata Denny beberapa waktu lalu.
Ide awal pengembangan crawler dumper ini sendiri bermula dari persoalan yang dihadapi petani dan industri kelapa sawit saat harus memanen kelapa sawit mereka di musim penghujan. Para petani umumnya akan kesulitan memanen kelapa sawit mereka karena medan perkebunan mereka yang berlumpur.
“Lumpurnya bisa mencapai 20 sentimeter, belum lagi kemiringan medan ladang sawit yang bisa mencapai 30 derajat. Jadi, sangat sulit kalau mereka harus memanen kelapa sawit saat musim hujan,” kata Denny yang mengaku pengembangan alat ini sangat potensial mengingat potensi kelapa sawit di indonesia yang cukup banyak dan luas.
Di sisi lain, lanjut Denny, kelapa-kelapa sawit yang masuk waktu panen tersebut biasanya harus segera dipanen. Waktu panen yang terlambat akan mengurangi kualitas dari buah kelapa sawit yang dihasilkan. Kelapa sawit hanya memiliki waktu sekitar 12 jam dari masa petik sampai masuk ke proses.
“Dari kondisi inilah saya kemudian mengembangkan mesin ini dan saya garansi kalau alat angkut ini jauh lebih baik dari produk buatan Cina,” kata Denny.
Saat ini, menurut Denny, produk serupa dari China memang sudah masuk di pasar Indonesia. Salah satu produsen mesin crawler dumper bahkan sudah melakukan pameran di Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor, Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Akan tetapi, menurut Denny, crawler dumper buatan China tersebut memiliki sejumlah kelemahan, seperti stir mobil yang berada di sebelah kiri hingga harganya yang jauh lebih mahal jika dibanding dengan produk inovasi yang dikembanhkan oleh Polines ini.
“Produk dari China itu mencapai Rp170 juta per unit. Sementara produk ini hanya Rp150 juta. Terpenting ini adalah produk dalam negeri,” kata Denny.
Keunggulan lain dari produk ini juga material yang lebih tebal sehingga lebih kokoh, ground clearance center of gravity yang lebih baik, roller track menggunakan double taper bearing, serta adanya layanan purna jual.
“Kami akan memberikan layanan purna jual yang akan dikerjakan oleh para mahasiswa dan menjadi bagian dari project based learning mahasiswa,” tambah Denny.
Pengembangan produk ini saat ini masih terus dilakukan. Denny dan timnya juga tengah merancang rencana strategis terkait dengan pengembangan mesin ini. Rencananya pembuatan mesin ini akan dikerjasamakan dengan salah satu UMKM di Semarang. Beberapa bagian dari kendaraan ini juga akan dibuat di bengkel Jurusan Teknik Mesin, Polines.
Crawler dumper ini sendiri akan dibuat dalam dua tipe, yaitu Politrex tiga ton–standar dan Politrex tiga ton–dump. Alat ini mampu mengangkut kelapa sawit hingga tiga ton. Untuk bahan bakar menggunakan solar, crawler dumper ini mempunyai kemampuan kecepatan hingga 30 km per jam. (Nan/Cecep)
Sumber: vokasi.kemdikbud.go.id